Lantai II bertema Manusia dan lingkungan, menampilkan
benda-benda budaya di lingkungan sekitar yang diwujudkan dalam bentuk
rumah-rumah tradisional. Bangunan-bangunan tersebut menyesuaikan keadaan
lingkungan, termasuk bentang darat. Lantai III pameran bertema Seni dan Kriya,
menampilkan hasil seni garapan dan seni ciptaan baru antara lain aneka kain,
berbagai benda kerajinan dari bahan logam, dan seni ukir dari bahan kayu.
Selain pameran tetap, secara berkala museum ini menyelenggarakan pameran dengan
tema khusus. Museum juga dilengkapi fasilitas Bale Panjang, Bale Bundar, dan
Bangunan Soko Tujuh yang dapat disewa oleh masyarakat umm untuk keperluan pesta
pernikahan, seminar, pameran atau pun pertemuan.
Museum Indonesia berfungsi sebagai tempat pameran tetap
dengan pemaparan benda koleksinya ke dalam 3 tema : Bhinneka Tunggal Ika,
manusia dan lingkungan, serta seni dan kriya. Gagasan awal berdirinya museum
Indonesia berasal dari ibu Tien Soeharto lalu dituangkan dalam bentuk bangunan
bergaya bali tiga lantai dikembangkan dari filosofi tri hita karana
oleh seorang arsitek, Ida Bagus Tugur.
Gagasan awal berdirinya Museum Indonesia berasal dari Ibu
Tien Soeharto, lalu dituangkan dalam bentuk bangunan bergaya Bali yang terdiri
dari 3 lantai. Melalui Filosofi Tri Hita Kirana¸seorang Arsitek
bernama Ida Bagus Tugur mengembangan museum tersebut. Filosofi tersebut
menjelaskan adanya tiga sumber kebahagiaan manusia, yakni hubungan sesame
manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya serta manusia dengan Tuhan.
Museum ini dibangun tahun 1976 dan diresmikan pada 20 April
1980 yang bertepatan dengan peringatan HUT ke-5 Taman Mini “Indonesia
Indah” oleh Presiden Soeharto. Museum ini berfungsi sebagai tempat pameran
tetap dengan pemaparan benda koleksinya yang terbagi kedalam 3 tema. Lantai 1
bertemakan Bhinneka Tunggal Ika yang menampilkan keanekaragaman pakaian
adat dan pakaian pengantin. Lantai 2 bertemakan manusia dan lingkungan,
sedangkan lantai 3 bertemakan seni dan kriya yang menampilkan hasil seni
garapan dan seni ciptaan baru.
Lantai I Bhinneka Tunggal Ika menampilkan
pakaian adat dan pakaian pengantin secara lengkap yang terdiri dari 33
provinsi. Koleksi pakaian pengantin dan pakaian adat yang dimiliki museum ini
merupakan koleksi terlengkap yang dimiliki oleh sebuah museum di Indonesia
bahkan di dunia. Pameran keanekaragaman pakaian adat dan pakaian pengantin
merupakan cermin kemajemukan budaya masyarakat Indonesia, baik dari sisi Agama,
Pakaian, Kesenian, maupun Adat-istiadatnya. Pada bagian lain, lantai ini juga
memaparkan berbagai jenis wayang dalam sebuah diorama serta alat musik
tradisional.
Lantai II bertemakan manusia dan lingkungan, menampilkan
benda-benda budaya di lingkungan sekitar yang diwujudkan dalam bentuk rumah
tradisional berupa rumah tinggal, rumah ibadah, dan lumbung padi.
Bangunan-bangun tersebut menyesuaikan dengan keadaaan lingkungan, termasuk
bentang darat, misalnyarumah di dataran rendah, di atas pohon, ataupun di atas sungai.
Selain itu juga, ditampilkan ruangan bangunan rumah, antara lain kamar
pengantin Palembang, ruang dalam Jawa Tengah, dan ruang dapur batak. Benda
budaya dan peralatan mata pencaharian yang dipamerkan meliputi alat perikanan,
alat berburu dan meramu, alat pertanian serta upacara daur hidup (Life
cycle rites) ditampilkan dalam bentuk diorama, meliputi ucapara tujuh
bulan (mitoni), upacara turun tanah, upacara khitanan, upacara potong gigi (mapedes),
upacara penobatan Datuk, dan pelaminan Sumatera barat yang mewakili upacara
pernikahan.
Lantai III merupakan tempat pameran dengan tema Seni dan
Kriya menampilkan hasil seni garapan dan ciptaan baru, seperti aneka kain yang
meliputi songket, tenun, batik. Selain itu juga terdapat berbagai benda
kerajinan dari bahan logam seperti perak, kuningan dan tembaga. Seni ukir juga
terdapat disana, antara lain adalah hasil seni ukir dari Bali, Toraja dan
Asmat. Pohon Hayat yang diilhami gunungan dalam pergelaran wayang sebagai
pembuka, pergantian dan penutup suatu adegan dalam pergelaratn wayang berdiri
megah setinggi 8 meter dengan lebar 4 meter, lambing alam semesta yang
mengandung unsur udara, air, api dan tanah. Penempatan pohon Hayat di lantai
III sekaligus menutup rangkain cerita atas seluruh tema pameran secara
keseluruhan.
Selain pameran tetap, setidaknya setiap setahun satu kali
Museum Indonesia menyelenggarakan pameran dengan tema khusus, antara lain
pameran topeng, kain, senjata dan lukisan. Acara ini dilakukan baik di dalam
maupun di luar lingkungan yang kadang didukung dengan peragaan terkait dengan
tema, misalnya peragan membatik dan menatah wayang.
Pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari Nusantara saja, melainkan juga
wisatawan Mancanegara. Para pelajar dan mahasiswa yang diberi tugas terkait
dengan mata pelajaran atau mata kuliah juga kerap mendatangi tempat ini. Museum
ini bahkan secara khusus dijadikan tujuan kunjungan tamu Negara. Museum yang
dilengkapi dengan bale panjang, bale bundar, dan bangunan soko tujuh ini dapat
disewa oleh masyarakat umum untuk berbagai keperluan seperti pernikahan, seminar,
pameran atupun pertemuan.
Sumber:www.Museum
Indonesia.com
Kesadaran mengunjungi museum masih sangat kurang di negara kita ya Bang Yo, lebih pada senang ke mall sich, mungkin juga pihak pengelola museum perlu berpikir lebih keras untuk menarik perhatian masyarakat...ada yang punya ide ngak buat museum lebih menatik dikunjungi?
BalasHapusBetul bu Hellen, harus lebih menarik dan bisa menjadi sumber pengetahuan. Bagusnya museum dan perpustakaan lembaganya disatukan aja, jd bisa sinergi
BalasHapus;)
Nach itu ide bagus juga Dos...sekalian dipikirkan juga ada tempat bermain untuk anak...lebih rame suaranya kale ya he...he..
BalasHapusLebih mantap kalo buat museum sendiri bang yo he.....he.......
BalasHapusKalau bang Yo buat sendiri museumnya, pasti isinya kebanyaan jersey bola dech...saingan dengan Om Fendy ha...ha...
BalasHapusBang Yo, kok belum muncul nich, lagi sibuk persiapan ujian ya? Semangat ya!!
BalasHapusHahaha.. betul itu,nanti kebanyakan jersey bola..
BalasHapusTerima kasih ya atas komen nya.. hehehe