Saat mengunjungi museum ini maka secara bersamaan Anda
dapat juga menyambangi obyek wisata tepi pantai yang tidak jauh dari museum.
Dapat pula melihat koleksi binatang langka dan tanaman khas Nias, atau menginap
di rumah adat Nias yang memang dapat disewa di tempat ini.
Museum Pusaka Nias menyimpan sekira 6.500 koleksi benda
bersejarah masyarakat Pulau Nias. Di sini Anda dapat melihat langsung beragam
koleksi berharga budaya Nias, diantaranya adalah: alat rumah tangga, alat musik
tradisional, perhiasan, dan patung-patung. Benda-benda koleksi yang dipamerkan
tersebut dilengkapi keterangan (Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) untuk
mengetahui sejarah, makna, dan fungsinya. Perawatan benda koleksi museum ini
terbilang baik dan beberapa koleksi menggunakan obat pengawet khusus agar tidak
lekas rusak.
Museum Pusaka Nias yang dibangun Yayasan Pusaka Nias
tahun 1995 tidak lepas dari jasa seorang pastor bernama Johannes M. Hammerle.
Ia merupakan warga asal Jerman yang sudah menetap di Nias selama 40 tahun dan
sekarang masih menjabat sebagai direktur museum. Pastor Johannes telah
berjasa mengumpulkan benda koleksi budaya Nias dari desa-desa di pedalaman
pulau tersebut.
Museum Pusaka Nias juga telah bekerja sama dengan International
Labor Organization (ILO) untuk melakukan rehabilitasi rumah-rumah adat
yang tersebar di desa-desa adat se-Pulau Nias. Beberapa di antaranya seperti di
Kecamatan Gunungsitoli Barat (Kota Gunungsitoli), Kecamatan Hiliserangkai
(Kabupaten Nias), Kecamatan Lahomi (Kabupaten Nias Barat) dan di Kabupaten Nias
Utara dan Nias Selatan.
Saat mengunjungi museum ini, pengunjung harus membayar
tiket masuk Rp2.500,- (dewasa) dan Rp1.000,- (anak-anak), dan Rp20.000
(wisatawan mancanegara). Tarif tersebut sudah termasuk parkir kendaraan.
Di museum ini dapat Anda lihat beragam artefak alat rumah
tangga, patung-patung megalit dari kayu dan batu, perhiasan, senjata
tradisonal, mata uang, pakaian perang, simbol-simbol kebangsawanan, serta rumah
adat asli Nias atau disebut omo hada.
Di sini tersimpan pula replika rumah adat Nias dan
kerajinan tangan khas Nias seperti bola nafo dengan berbagai
motif. Salah satu yang unik adalah bola nafo berukuran raksasa
sebesar 3 meter x 3 meter dan tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI)
sebagai tepak sirih terbesar di Indonesia.
Museum ini memiliki beberapa paviliun sesuai fungsinya
masing-masing, yaitu:
Museum Pusaka Nias juga memiliki perpustakaan dengan
ratusan koleksi buku tentang kebudayaan Nias. Perpustakaan ini sering
dimanfaatkan pelajar, mahasiswa, masyarakat umum bahkan dari luar Nias untuk
mengenal dan mendalami masyarakat Nias dan budayanya.
Ada hal menarik lainnya di museum ini yaitu memelihara
ratusan ekor binatang khas Pulau Nias dimana keberadaannya mulai berkurang
akibat perburuan. Hewan-hewan tersebut dipelihara dalam kandang-kandang
terpisah. Beberapa diantaranya adalah nago (kijang), laosi (kancil), dan
magiaodanõ (sejenis beo), buaya, kera, musang, kura-kura, landak, burung
bangau, serta beberapa jenis burung. Binatang tersebut sebagian besar
merupakan sumbangan masyarakat Nias.
Selain hewan, di museum ini ada juga beragam tanaman khas
Nias yang kini mulai sulit untuk dijumpai. Beberapa diantaranya adalah pohon
fosi, dimana dalam kepercayaan kuno masyarakat Nias, fosi adalah pohon yang
dapat memberikan suatu tanda, misalnya dahannya patah itu artinya ada bangsawan
yang meninggal. Ada juga sinasa yaitu sejenis pandan yang digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan tikar.
Sumber:www.indonesia.travel
Nach...kalau museum ini sudah saya jelajahi arealnya, cukup bagus konsep perpaduan pengetahuan dan hiburannya...memang sangat membagakan untuk pulau Nias, bravo!!
BalasHapus